Kisah Siswa Aceh Penjual Ikan Keliling Jadi Paskibraka

Ricky (kiri) dan Nabila Tasya Aprila (kanan), dua pelajar Paskibraka yang mewakili Aceh di Istana (foto: Salman Madira-Okezone
BANDA ACEH - Mimpi Ricky Satria Pratama (16) menjadi anggota Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) Nasional kini terwujud. Siswa SMAN 1 Seunagan, Kabupaten Nagan Raya, yang sehari-hari berjualan ikan demi menopang biaya hidup ini terpilih sebagai pengibar sang saka merah putih dari Aceh pada HUT Ke-70 Kemerdekaan RI di Istana Merdeka, Jakarta, Senin 17 Agustus 2015.

Remaja asal Padang Parom, Kecamatan Seunagan, ini berhasil menyisihkan puluhan siswa lain dari seluruh Aceh yang diseleksi sebagai Paskibraka Nasional. Dia akan terbang ke Jakarta melalui Bandara Sultan Iskandar Muda, Blang Bintang, Aceh Besar, Selasa (28/7/2015) pagi.

Ricky bangga karena cita-citanya menjadi anggota pengibar bendera pusaka yang tampil di depan Presiden Republik Indonesia, tokoh bangsa, dan tamu negara lainnya kian nyata. "Dari SMP, saya memang sudah niat kalau sudah SMA nanti mau jadi Paskibraka," tuturnya menjelang berangkat ke Jakarta.

Ricky memang sosok siswa pekerja keras. Meski ayahnya Sertu Amilin, anggota Kodim Nagan Raya bergaji, Ricky memilih hidup mandiri. Selama ini dia tinggal bersama neneknya Rajumah di Gampong Padang Parom.

Rajumah yang hanya penjual sayur di Pasar Seunagan, tak punya penghasilan tetap untuk membiaya cucunya. Untuk mencukupi biaya hidup, Ricky memilih berjualan ikan secara keliling di sela waktu sekolah.

Aktivitas berjualan ikan sudah dilakoni sejak kelas II SMP. Semua berawal dari himpitan ekonomi, tak ada uang jajan saat sekolah. "Saya pernah enggak ada uang. Duduk saja di kelas, enggak keluar buat jajan," ungkapnya.

Mulanya Ricky hanya membantu pamannya Marzuki alias Si Pon berjualan ikan di Pasar Seunagan. Beberapa pekan kemudian, pamannya berhenti berjualan. Tapi, Ricky tak mau menganggur.

Dia memanfaatkan kenalan pamannya yakni Bang Beunu, seorang tauke bangku alias juragan ikan di Pasar Seunagan. Dia diupah Rp30 ribu hingga 60 ribu untuk menjual ikan milik Bang Benu.

Pertama kali Ricky mangkal di Pasar Seunagan. Seiring waktu, sang tauke bangku memberikannya becak bermotor. Ricky diminta berjualan ikan secara keliling kampung agar lakunya lebih banyak. Sebagai buruh upahan, ia manut saja.

Sepulang sekolah, Ricky berganti pakaian dan bergegas ke pasar untuk mengambil ikan dan menaikkannya ke becak motor. Kemudian, ia masuk ke kampung-kampung dalam tiga kecamatan yakni Seunagan, Sukamakmur, dan Beutong untuk menjajakan ikan.

Aktivitas ini dilakoninya setiap hari dari siang hingga sore, bahkan malam. Tak selalu dagangannya laku. Terkadang Ricky harus menahan sedih karena ikan yang dijualnya banyak yang tinggal. Tentu saja berpengaruh pada upah yang diterimanya. Tapi, ia pantang berputus asa.

Pahit getir menjadi pedagang ikan keliling dirasakan betul remaja ini. Ricky mengungkapkan beberapa kali becaknya kehabisan bensin dan bocor ban, sehingga terpaksa harus didorong berkilometer bersama dagangannya.

Namun hal yang paling membuatnya berduka saat sekali waktu jelang malam. Ia melintasi kawasan Perkampungan Beutong Bawah yang dekat pegunungan. Ricky berjibaku dengan becak berisi ikan dalam kondisi hujan deras.

"Sedih rasanya lihat orang-orang semua berada dalam rumah, tapi saya sendiri di becak jualan dalam hujan," tutur anak sulung ini.

Hasil penjualan ikan keliling selalu ia serahkan ke pemilik ikan. Sang tauke kemudian menyisihkan sebagian laba untuk jerih Ricky.

Uang hasil keringat itu sebagian digunakan Ricky buat jajan, sebagian lagi untuk biaya hidup adiknya Anggeli Dwita yang kini masih SMP dan tinggal bersama neneknya. Sisanya ia tabung.

Meski sibuk jualan ikan, Ricky yang bercita-cita masuk Akademi Militer setelah lulus SMA, tetap tak melupakan kewajibannya belajar, mengulang pelajaran didapatnya dari sekolah atau menyelesaikan pekerjaan rumah diberikan gurunya. "Sehabis jualan, malamnya saya belajar," kata siswa yang baru saja naik kelas II SMA ini.

Meski teman-teman di sekolah pernah mengejeknya, Ricky mengaku sama sekali tak malu berjualan ikan. Pernah suatu waktu ia bersitegang dengan teman yang meledekinnya.

"Saya bilang ke dia, saya jualan ikan karena saya butuh uang untuk hidup. Kalau saya enggak kerja, apa kamu mau kasih uang ke saya? Akhirnya dia enggak bisa jawab," ujarnya.

"Saya enggak malu jualan ikan, justru saya malu kalau saya mencuri," tambah Ricky.

Sekarang, kata Ricky, teman-teman dan pihak sekolah sudah tahu kalau dirinya berjualan ikan. Bahkan, beberapa guru dan orangtua temannya sudah menjadi pelanggannya.

Sumber: http://news.okezone.com

0 Response to "Kisah Siswa Aceh Penjual Ikan Keliling Jadi Paskibraka "

Post a Comment